Sementara tumbuhan yang dipilih yakni, Anggrek, Daun Dadap Sedep, Cempaka dan Daun Wali Songo. Sebagai label, karya-karya tersebut dimasukan dalam koleksi Purana Spring/Summer 2018 yang bertema Intropical. "Kami mencoba membangunkan lagi kepedulian masyarakat Indonesia, khususnya perempuan, terhadap tumbuhan dan hewan endemik Indonesia," ujar Nonita ketika konferensi pers di Raffles Jakarta.
Dalam mengenalkan karya ini, Purana tak sendiri. Dia menggandeng seniman lokal Aditya Pratama atau lebih dikenal sebagai Sarkodit. Beruntung, kata Nonita, Sarkodit yang ditawari kolaborasi mau untuk mewujudkan ide-ide Nonita guna koleksi teranyar dari Purana ini. Sebagai label busana lokal, Purana pun konsisten untuk mengawal lingkungan di Indonesia.
Hal ini dapat dilihat dari pemilihan bahan dan pewarna yang ramah lingkungan guna koleksi teranyar ini. Purana memilih mengubah kain tenun tangan memakai pewarna alam yang bahannya didapat dari pohon Tarum, daun Ketapang, Mahoni, daun Mangga, Secang dan Bixa (Gallingem).
Bahan-bahan alami tersebut memunculkan warna merah, oranye, kuning, hijau, serta warna dasar hitam dan putih. Adapun 30 koleksi teranyar tersebut didominasi oleh linen dan katun. "Jauh lebih ramah lingkungan daripada memakai poliester," ungkap Nonita.
Busana koleksi teranyar Purana ini disusun lewat dua teknik. Pertama, kiat batik yang diubah dan dihadirkan dalam nuansa garis. Kedua, kiat brush (sikat) besar yang menyerahkan motif garis menarik serta warna modern.
Semua kiat itu muncul dalam koleksi teranyar Purana yang terdiri dari jumpsuit, skirt, kulot, sarong dan top outerwear. "Kami tetap konsisten untuk menciptakan koleksi yang diperuntukkan untuk perempuan aktif, sehingga mereka masih bergaya tanpa memberi batas gerak," ungkap Nonita.
Related Posts
Tambahkan Komentar Sembunyikan